Header


Sabtu, 25 Desember 2010

D Kemalawati, Dimas Arika Mihardja, Djazlam Zainal di Rumah Cut Nyak Dien


D Kemalawati

DI RUMAH CUT NYAK DIEN

Di atas papan penyangga yang mulai lapuk
kujenguk perigi
kudengar kata dayangmu
tentang permukaannya yang tinggi
agar tetap suci tak teracuni

banyak yang membasuh muka
dengan dingin airnya
setelah suci mengirim doa
agar parang lanting, parang singrong
siwah, rencong, tombak panah tak lagi berderak
menumpah darah resah

di rumoh dhapu
saat melintas menuju peraduanmu
kilatan mata Van Huetz menyelidik siasat
kupotret terburu
biarkan dia di sana
seperti apa bara memercik api
telah terhunus di ujung belati

di beranda depan tempatmu menerima tamu
kutemukan sofa berukir melati
harum jemari bertaut tuah Ilahi
kulihat Teungku Chik Tiro berdegup hati
menyatakan buah hati
dalam ikatan suci

di tangga hitam kupaling wajahku
jejakmu hilang setelah Cut Gambang
di seberang dirimu tertawan
di dalam tubuhku
gelora jiwamu terus berenang

Banda Aceh, 25 Desember 2010


Dimas Arika Mihardja 

RUANG LENGANG ( CUT NYAK DIEN )

Dalam rangkaian ' Ziarah Cinta ' jelang 6 tahun tsunami,
 saya bersama D Kemalawati, Helmi Hass dan Djazlam Zainal 
bersiarah di rumah Cut Nyak Dien. Berikut ini buah ziarah itu
tertuang dalam karya D Kemalawati dan DAM. Kita sandingkan
puisi sebagai buah interpretasi dalam momentum puitis


di tangga kayu kujenjang rumahmu
aku ingin menyusup di dada: bismilahirohmanirohim
saleum, maaf bukan maksud mengusik tidurmu yang nyenak Cut Nyak

kulangkahkan kaki masuk ke beranda dadamu
aku ingin menyusup di rimbun sanggul rambutmu
dan menyusu di montok dadamu

di depan pembaringan kulihat bayang berkelibat
saat jemari menulis puisi: pedang, parang, kelewang
menegang di dinding rumahmu, kilau matanya tajam
menghunjam rasa penaku menjelma tombak
meneteskan darah di luas sejadah

< ruang tunggu bandara Sultan Iskandar Muda, 25 Desember 2010 >



 Djazlam Zainal

MEMBAYANGKANMU CUT NYAK DIEN
( ziarah dari jauh bersama de kemalawati, dimas arika mihardja dan helmi hass )

sebenarnya sunyi sepi hatiku
ketika rumah gadang itu merontokkan sukmaku
siapa kamu 100 tahun dulu yang bertamu
mengalas kekuatan kudrat pertiwi
melumpuh kekuatan soldadu
bertubuh raksasa
berhati sejuta garuda

di pertapakan sejarah ini
kamar istirahat dan bilik musyuarah
lading, rencong dan garit bergeming
terseludup rahasia silam
bukit-bukit berletupan senapan peperangan

melewati serambi rumah ini
dadaku ada kamu yang semadi berahap sepi
darah dan nyawa digarap buat pertiwi

Melaka 25 Desember 2010 

1 komentar:

  1. pagi menjelang siang, saya menyelesaikan puisi dengan judul di Rumah Cut Nyak Dien lalu saya kirimkan lewat sms ke Mas Dimas Arika Mihardja yang sedang di ruang tunggu bandara Sultan Iskandar Muda Aceh. tak berselang lama beliau membalas Ruang Lengang melalui sms juga. saya juga menulisnya dalam catatan saya di fesbuk. Tak berselang lama di fesbuk muncul kolaborasi Cut Nyak Dien dalam puisi saya dan Mas Dimas. malam harinya saya kembali membaca kolaborasi Cut Nyak Dien dalam puisi yang bergandengan, D Kemalawati, Dimas Arika Mihardja dan Djazlam Zainal. Semoga menjadi sajian jiwa bagi sesama. amin.

    BalasHapus